Minggu, 03 Juli 2011

Kembali ke Gereja Kita


Lama tidak pernah bertemu, tidak berarti perkenalan dan pengalaman pernah bersama itu harus dilupakan. Justru lama tidak berjumpa itulah yang akhirnya membangkitkan rasa ingin kembali seperti dulu lagi. Inilah sepenggal kata yang mungkin agak tepat untuk menggambarkan pengalaman kembali berjumpa dengan seorang temanku.
Kami pernah bersama menyelesaikan studi SMP di sebuah desa kecil bagian dari negeri ini. Sebuah desa yang kelihatanya sangat tertinggal dan usang karena terabaikan dari perkembangan peradaban, namun telah menjadikan kami bertumbuh sebagai orang yang dewasa dan dapat mengerti sesuatu.
Aku tidak pernah menyangka sebelumnya, bahwa pengalaman kembali berjumpa itu akan kami alami, oleh karena belasan tahun telah lama memisahkan kami. Pada 1998-2000 kami mengais pendidikan SMP di SLTPK San Daniel. Setelah itu, kami pun berpisah karena tuntutan masa depan.
***
Suatu malam, ketika aku sedang duduk santai di kos di tanah rantau, tiba-tiba sebuah sms menderinmgkan Hp jadulku. Seperti biasa aku membukanya dengan santai dengan asumsi sms dari teman-temanku yang lagi kanker (kantong kering) di ahir bulan dan ingin bergurau sekedar mengusir kegelisahan. Tapi rupanya bukan. “slamat malam teman, apa kabar?” Lalu tertera namanya dengan cukup jelas diakhir kata-kata sms itu.
Aku terkejut, seolah tidak percaya pada isi sms dan nama yang tertera di bawahnya. Aku membalas: “kabarku baik-baik aja. Sekarang teman di mana?”
 “ saya sekarang di Lenteng Agung” balasnya.
Ow, tempat itu sangat dekat dari kosku. Rupanya teman yang satu ini pun telah berjalan jauh hingga tiba di kota ini. Perasaan bahagia, haru, dan senang bercampur baur. Dia yang telah lama hilang kini telah kutemukan. Dia yang telah mati, namun telah kembali. Demikian perasaan ini meminjam kata-kata Penginjil Lukas ketika mengemukakan perumpamaan “Bapa Yang Berbelas Kasih.” Ya, singkat cerita aku sangat bahagia karena kami bisa bertemu lagi. Kami hadir kembali dengan cerita perjuangan dan pengalaman perjalanan yang berbeda.
***
            Rupanya benar dugaan saya bahwa kami akan hadir dengan kisah yang berbeda. Kembali menengok ke belakang, ternyata kami telah merintis dan dan mengukir kisah sejarah yang dramatis. Ada kisah yang menggembirakan, ada kisah yang menyedihkan, bahkan mengundang haru dan penyesalan. Kisah itu, jika hendak digambarkan, dialami teman saya ini. Pertimbangan yang kurang matang di masa lalu telah menghadirkan penyesalan yang sangat dalam saat ini. Keputusan yang sangat berisiko mengancam kelanjutan kehangatan dan kasih sayang dari keluarga harus ia tempuh. Orang tua dan keluarga tak sanggup menerimanya. Namun, dengan tekat yang bulat ia terus melangkah, merintis kisah sedih yang baru terasa saat ini. Terlanjur bertindak, membuat dia nekat mengambil jalan pintas meski harus dibenci.
            Namun, saat ini tumbuh harapan dan keinginan untuk kembali. “aku ingin seperti dulu lagi. Aku ingin kembali menjadi katolik lagi, seperti masa dulu kita SMP,” demikian harapan dan niat yang terbersit di akhir perbincangan kami. Sebagai temanmu, aku selalu menanti kepulanganmu. Meski dulu teman pernah salah langkah, kasih di antara kita tidak pernah terhapuskan karenanya. Aku akan membantumu untuk kembali. Mari kita pulang ke Gereja kita. Gereja di mana dulu kita pernah merasakan sangat dekat dengan Dia. Dia telah menanti kepulanganmu sejak lama. Dia akan sangat bahagia mendengar kabar ini. Yah, aku yakin Dia selalu seperti itu. Menangis ketika kita salah langkah dan bahagia bila kita ingin kembali. Dia tidak pernah membenci kita yang bersalah. Dia hanya berharap, kita sadar dan ingin memperbaiki diri. Aku akan membawamu pulang. Jika teman tak kuat jalan, aku bersedia memapahmu. DIA TELAH MENUNGGU KEDATANGAN KITA, setiap hari, jam, menit dan detik. (sefanus poto elu, Kebun Jeruk, 04 Juli 2011).

Tidak ada komentar: