Senin, 04 Juli 2011

Trotoar Tempat Berbaring Si Kecil

    Waktu kira-kira pukul 19.00 WITA. Beribu kendaraan bermotor sibuk mencari lorong kecil untuk melintas. Malam itu di jalur Slipi – Tanah Abang tampak macet. Ketika aku mengangkat pandangan ke depan tampak kepadaku tubuh seorang anak kecil umur empat tahunan terkapar lemah di atas trotoar. Sedangkan seorang ibu, yang menurut dugaanku adalah ibunya, duduk membelai rambut si kecil dengan derai air mata yang tiada henti menatap ribuan mobil mewah dan kendaraan bermotor yang melintas. Para pejalan kaki pun lalu lalang di atas trotoar tersebut sambil melangkahi tubuh anak kecil tersebut. Secara kebetulan aku adalah salah satu pengendarai motor yang melintas di jalur tersebut, sepulang dari kantor (Jumat, 01 Juli 2011).
    Serentak mata memandang, persaan kasihan dan ingin membantu timbul dalam hati. Akan tetapi, sepertinya aku tidak bisa berbuat banyak. Semenjak dua hari sebelum peristiwa itu, aku memang sudah kehabisan uang sama sekali. Bahkan semenjak berangkat dari kos pukul 06.45 am hingga pulang aku belum makan. Hanya bermodalkan segelas teh manis yang dibutkan adikku sebelum aku berangkat tadi. Berhadapan dengan kenyataan sore itu, aku benar-benar dilema dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Bunyi bel dari kendaraan-kendaraan bermotor yang ada dibelakangku memaksaku untuk terus melaju, pergi meninggalkan ibu dan si kecil. Jika hendak mereka-reka, menurutku, si kecil sangat lemah entah karena lapar atau sakit. Yang pasti bahwa anak itu tidak bergerak sedikitpun ketika ibunya meratapinya sambil membelai rambut dan sedikit menggoyang tubuhnya.
    Aku berlalu dengan persaan yang sangat tidak nyaman karena tidak dapat mengambil tindakan apapun pada peristiwa itu. Hingga saat ini peristiwa itu masih terus terbayang di benakku. Sangat disayangkan anak negeri ini terkapar di trotoar, di atas tanah milik negeri ini.
Tanpa ingin menuding orang lain ataupun melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain, aku hanya dapat bertanya, bagaimanakah perasaan orang-orang yang melintas di jalan yang sama sebelum aku dan yang saat itu bersaan dengan aku? Apakah mereka juga tidak memiliki uang sedikitpun untuk membantu mereka seperti aku? Ataukah mereka mengenderai motor dan mobil dan berjalan dengan mata tertutup sehingga tidak dapat meliha ibu an anak itu?
    Setiap hari peristiwa serupa sering terjadi di berbagai sudut kota ini. Bahkan ada yang lebih tragis dan mengundang haru. Lalu, apakah hanya sebatas merasa terharu ataukah kita dapat melakukan sesuatu meski kelihatan sangat kecil tetapi dapat membantu memperpanjang hidup orang-orang miskin serupa barang satu dua jam ke depan?
    Tentu saja aku pun adalah orang yang kurang peduli pada peristiwa sore itu. Namun, ini menjadi tugas kita bersama di masa yang akan datang pada peristiwa-peristiwa selanjutnya! Mari saling peduli.
(stefanus p. elu, Kebun Jeruk, 04 Juli 2011)

Tidak ada komentar: