Selasa, 29 Maret 2011

Menunggu waktu dalam euforia pengharapan
Tak ada yang salah jika semuanya dipahami secara benar
Aku punya kesulitan, aku punya urusan
Aku menatap masa depan masih jauh, bahkan masih kabur
Akan tetapi, terkadang orang begitu susah untuk memahami
Sukar untuk menangkap pasan di balik perjuangan
Aku bukan boneka……aku bukan robot….
Aku hanya berjalan beriringan dengan waktu
Aku hanya ingin mengisi waktu dengan sesuatu…..
Segelas air, sepiring nasi, sepotong kue, secangkir kopi, sebatang rokok
Ah tidak mungkin….harus ada yang lebih penting dan lebih besar dari itu semua…
Waktu semakin singkat
Aku harus mengejarnya agar aku tidak ketinggalan
Untuk apa?
Untuk menggapai harapan-harapanku? Kurasa tidak…
Aku hanya ingin mengisinya dengan kebenaran-kebenaran…..
Ah, rasanya sungguh abstrak…..
Tidak juga…..ada berbagai kebenaran
Dan yang paling benar adalah kebenaran itu sendiri…..
Aku menulis tanpa tujuan, aku menulis tanpa maksud
Aku hanya ingin menuangkan ide-ide yang sedang melintas……….!!!
(Stefanus p. elu)
STFD, 30 Maret 2011


Selasa, 22 Maret 2011

Pemantapan Mental Sebelum UN


Ujian Nasional yang menjadi penentu akhir keberhasilan studi di tingkat Sekolah Dasar sampai dengan SMA menjadi hal yang paling ditakuti kebanyakan peserta Ujian Nasional akhir-akhir ini. Dengan strandar kelulusan yang semakin meningkat tiap tahun, para peserta Ujian Nasional semakin risau akan masa depan mereka. Di saat-saat persiapan akhir seperti sekarang, para peserta Ujian Nasional harus benar-benar mengeluarkan segala kemampuan terbaik mereka untuk mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi Ujian Nasional. Hal serupa dialami pula oleh siswa-siswi kelas III dari unit SD, SMP dan SMA Yayasan Tunas Gading, Kelapa Gading-Jakarta. Hampir setiap hari, mereka dituntut untuk belajar, tryout, mengerjakan soal-soal latihan, mengikuti pendalaman materi dan berbagai kegiatan lain demi mematangkan persiapan diri mereka sebelum Ujian Nasional.
Mengingat kesibukan–kesibukan ini, Yayasan Tunas Gaing sendiri tidak ingin membiarkan anak-anak didiknya hanya mengembangkan aspek kognitif saja, tetapi mereka harus dibekali dengan persiapan hati yang matang agar mereka dapat menghadapi Ujian Nasional tahun ini dengan situasi hati yang tenang. Atas pertimbangan ini, maka pada Kamis 03 Maret – 04 Maret 2011 Yayasan Tunas Gading mengadakan retret bersama atau ‘pembinaan mental’ bagi para peserta Ujian Nasional se-Yayasan Tunas Gading bertempat di Wisma Samadi Klender-Jakarta.
Kegiatan tersebut diikuti semua Kelas III dari unit SD, SMP, dan SMA dengan jumlah peserta 65 orang. Kegiatan tersebut melibatkan semua siswa dari berbagai agama yang didampingi oleh 7 orang guru. Acara dimulai dengan makan malam bersama pkl. 19.00, dan pkl. 20.00 dinajutkan dengan tatap muka bersama untuk mendengarkan beberapa wejangan Kepala Sekolah dari tiap unit. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembinaan mental masing-masing unit. Akhirnya ditutup dengan doa malam bersama.
Dalam sambutannya, Kepala Sekolah SMA, Bapak Simson Sipayung S.T mengatakan: “Ujian Nasional bukanlah sesuatu hal yang perlu ditakuti. Jika setiap siswa mempersiapkan diri dengan baik, maka ia pasti berhasil. Dengan berbagai pembekalan materi selama ini, dari aspek kognitif semua siswa sudah mempersiapkan diri dengan baik. Sekarang saatnya setiap siswa mempersiapkan pula hatinya sehingga dia bisa tenang dalam mengikuti Ujian Nasional nati.” Dari kepala sekolah SMP, bapak Annang Budiyono mengatakan bahwa antara murid dan guru ada hubungan kedekatan secara batiniah. Karena itu, keberhasilan setiap siswa menjadi hal yang membanggakan bagi semua guru. Pada prinsipnya setiap guru menghendaki agar anak didiknya dapat memperoleh hasil positif dalam studinya.
Semua peserta yang menghadiri kegiatan tersebut memberi respon positif atas kegiatan tersebut. Para siswa mulai menyadari bahwa dalam persiapan mereka untuk menghadapi Ujian Nasional, mereka tidak pernah berjalan sendiri. Tuhan, orangtua, guru, dan teman-teman mereka turut mendampingi mereka dan mengaharapkan agar mereka dapat menuai hasil yang maksimal.
Keesokan harinya dilanjutkan dengan games bersama di mana peserta diberikan kesempatan untuk menjalin keakraban diatara mereka sendiri mapun antarunit. Kegiatan ini akhirnya ditutup dengan makan siang bersama pada pkl. 12.00 dan pulang ke rumah masing-masing. 

Senin, 07 Maret 2011

Diskusi Seputar Wujud Ingatan

Ketika sedang duduk bersantai-santai di sore hari ini, saya bercakap-cakap dengan ‘teman diskusi’ saya. Memang kami sering bercakap-cakap baik dari hal yang biasa sampai pada hal seirus. Terkadang kami justru mendiskusikan hal-hal yang tidak biasa dipikirkan orang. Misalkan, saya pernah mengakatakan kepadanya bahwa saya ingin mencari cara untuk menghitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengkomunikasikan perasaan kita sebagai manusia, ketika ujung jari kita mengenai sesuatu (tersayat pisau) dan dalam waktu yang ‘hampir’ bersamaan pikiran dan seluruh tubuh kita tahu bahwa ujung jari saya sedang sakit karena tersayat pisau. Hal ini dapat terjadi setiap hari dengan begitu cepat sehingga kita tidak pernah memikirkannya. Waktu itu kami belum menemukan cara untuk menghitungnya tetapi saya masih tetap berniat untuk terus memikirkannya.
Tetapi hari ini kami memikirkan hal yang lain lagi. Sahabatku itu mengatakan bahwa ingatan itu mewujud dalam bentuk fisik karena terekam dalam otak. Otak berusaha mencatat dengan bentuk yang sekecil mungkin sehingga setiap saat ingatan itu dapat muncul lagi. Dalam seluruh dinamika kehidupan manusia, tubuh manusia berubah dari waktu ke waktu tetapi yang teringgal hanyalah ingatan atau memori. Otak manusia terdiri dari berbagai struktur. Hal ini ini dapat ditunjukkan dengan contoh berikut. Dalam suatu waktu yang hampir bersamaan manusia dapat mengatakan beberapa hal dengan sangat jelas. Hal itu dapat terjadi karena otak manusia terdiri dari struktur-struktur sehingga ingatan yang telah terekam itu keluar dengan rapi bila diperlukan.
Saya berusaha membantah ide awal teman saya itu yang mengatakan bahwa ingatan manusia mewujud dalam bentuk fisik. Argumen saya demikian. Pikiran manusia pada awal mulanya kosong (waktu bayi). Jadi dalam pikiran manusia tidak ada ingatan. Dalam perkembangan selanjutnya pikiran mulai menangkap konsep-konsep yang telah ada dalam dunia ide. Di situlah ingatan mulai terbentuk. Jadi, jika saya berusaha membahasakan secara sedikit sestematis adalah seabagai berikut.
Kejadian I: pikiran manusia itu kosong, tidak ada ingatan. Otak manusia hanyalah otak secara fisik tanpa ‘isi.’ Konsep-konsep telah ada dalam dunia ide, bahkan sebelum manusia itu dilahirkan.
Kejadian II: otak manusia perlahan-lahan berusaha menangkap berjuta-juta konsep-konsep yang sudah ada dalam dunia ide.
Kejadian III: ingatan manusia mulai terbentuk karena otak bersaha untuk menangkap, mencatat dan mengingat konsep-konsep itu.
Jadi, ingatan hanyalah kejadian ketiga atau akhir dari sebuah proses panjang, proses belajarnya otak. Otak hanyalah nama yang diapakai untuk membahasakan kegiatan mengulang-ulang konsep yang sudah terekan dalam otak selama proses belajar. Maka, yang merupakan bentuk fisik adalah otak, bukan ingatan. Ingatan hanya merupakan sebuah pengulangan akan konsep-konsep.
Pendekatan lain yang saya pakai adalah huruf A, B, C, dan seterusnya adalah sebuah konsep. Huruf A, B, C, dan seterusnya mewujud dalam bentuk fisik ketika huruf-huruf tersebut dibubuhkan pada benda lain (kertas, batu, papan dan lain sebagainya). Demikianpun ingatan. Ingatan tidak berbentuk fisik. Ingatan hanya hanya mewujud dalam bentuk fisik ketika ia tercatat dalam otak manusia. Di sinilah kami saling berbeda pendapat. Sampai saat ini ketika saya ingin berhenti berpikir, mengingat, dan mencatat konsep-konep dalam otak lalu berpindah ke alam mimpi pun kami belum menemukan solusi atau cara untuk mendamaikannya. Bila saudara-saaudaraku tertarik, marilah kita sama-sama memikirkannya. (stefanus poto elu).

Wisma Samadi Klender, 04-03-2011