Senin, 07 Maret 2011

Diskusi Seputar Wujud Ingatan

Ketika sedang duduk bersantai-santai di sore hari ini, saya bercakap-cakap dengan ‘teman diskusi’ saya. Memang kami sering bercakap-cakap baik dari hal yang biasa sampai pada hal seirus. Terkadang kami justru mendiskusikan hal-hal yang tidak biasa dipikirkan orang. Misalkan, saya pernah mengakatakan kepadanya bahwa saya ingin mencari cara untuk menghitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk mengkomunikasikan perasaan kita sebagai manusia, ketika ujung jari kita mengenai sesuatu (tersayat pisau) dan dalam waktu yang ‘hampir’ bersamaan pikiran dan seluruh tubuh kita tahu bahwa ujung jari saya sedang sakit karena tersayat pisau. Hal ini dapat terjadi setiap hari dengan begitu cepat sehingga kita tidak pernah memikirkannya. Waktu itu kami belum menemukan cara untuk menghitungnya tetapi saya masih tetap berniat untuk terus memikirkannya.
Tetapi hari ini kami memikirkan hal yang lain lagi. Sahabatku itu mengatakan bahwa ingatan itu mewujud dalam bentuk fisik karena terekam dalam otak. Otak berusaha mencatat dengan bentuk yang sekecil mungkin sehingga setiap saat ingatan itu dapat muncul lagi. Dalam seluruh dinamika kehidupan manusia, tubuh manusia berubah dari waktu ke waktu tetapi yang teringgal hanyalah ingatan atau memori. Otak manusia terdiri dari berbagai struktur. Hal ini ini dapat ditunjukkan dengan contoh berikut. Dalam suatu waktu yang hampir bersamaan manusia dapat mengatakan beberapa hal dengan sangat jelas. Hal itu dapat terjadi karena otak manusia terdiri dari struktur-struktur sehingga ingatan yang telah terekam itu keluar dengan rapi bila diperlukan.
Saya berusaha membantah ide awal teman saya itu yang mengatakan bahwa ingatan manusia mewujud dalam bentuk fisik. Argumen saya demikian. Pikiran manusia pada awal mulanya kosong (waktu bayi). Jadi dalam pikiran manusia tidak ada ingatan. Dalam perkembangan selanjutnya pikiran mulai menangkap konsep-konsep yang telah ada dalam dunia ide. Di situlah ingatan mulai terbentuk. Jadi, jika saya berusaha membahasakan secara sedikit sestematis adalah seabagai berikut.
Kejadian I: pikiran manusia itu kosong, tidak ada ingatan. Otak manusia hanyalah otak secara fisik tanpa ‘isi.’ Konsep-konsep telah ada dalam dunia ide, bahkan sebelum manusia itu dilahirkan.
Kejadian II: otak manusia perlahan-lahan berusaha menangkap berjuta-juta konsep-konsep yang sudah ada dalam dunia ide.
Kejadian III: ingatan manusia mulai terbentuk karena otak bersaha untuk menangkap, mencatat dan mengingat konsep-konsep itu.
Jadi, ingatan hanyalah kejadian ketiga atau akhir dari sebuah proses panjang, proses belajarnya otak. Otak hanyalah nama yang diapakai untuk membahasakan kegiatan mengulang-ulang konsep yang sudah terekan dalam otak selama proses belajar. Maka, yang merupakan bentuk fisik adalah otak, bukan ingatan. Ingatan hanya merupakan sebuah pengulangan akan konsep-konsep.
Pendekatan lain yang saya pakai adalah huruf A, B, C, dan seterusnya adalah sebuah konsep. Huruf A, B, C, dan seterusnya mewujud dalam bentuk fisik ketika huruf-huruf tersebut dibubuhkan pada benda lain (kertas, batu, papan dan lain sebagainya). Demikianpun ingatan. Ingatan tidak berbentuk fisik. Ingatan hanya hanya mewujud dalam bentuk fisik ketika ia tercatat dalam otak manusia. Di sinilah kami saling berbeda pendapat. Sampai saat ini ketika saya ingin berhenti berpikir, mengingat, dan mencatat konsep-konep dalam otak lalu berpindah ke alam mimpi pun kami belum menemukan solusi atau cara untuk mendamaikannya. Bila saudara-saaudaraku tertarik, marilah kita sama-sama memikirkannya. (stefanus poto elu).

Wisma Samadi Klender, 04-03-2011

Tidak ada komentar: