Jumat, 15 Juni 2012

Nafas

Saat waktu berada di salib
Antara malam menjelang dan magrib beranjak
Kutemui bayangmu menyapu hari
Menggiring sepi masuk ke gubuk
Hentakkan nafas di akhir karya


Peluh turun mengairi bumi
Menyuburkan makanan yang masih belia
Menyegarkan teguk untuk tubuh
Anak satria dan anggun karyamu sendiri


Meski itu hanyalah titipan
Namun iba tak samapi ke hati
Cemooh mengintip dari cakrawala

Pahlawan setia tanpa senjata
Pinta tubuh rebah sejenak
Rayu hati rehat semenit
Buat merengkuh nafas yang hampir terurai pergi


Stefanus P Elu
Kebun Jeruk, 16 Juni 2012

Senin, 11 Juni 2012

Dua Hari


Harmoni hingga Chaos
Suara dalang mulai menderu
Desis gamelan memberi warna
Pekik syair menyelam ke ruang resonansi
Melodi-melodi harmoni tersatukan
Dalam ringkasan teori keindahan

Dan,,,
Apakah realitas dapat tersatukan dalam keindahan?
Rupanya rasa masih ragu
Pikiran masih terbengkalai
Hati masih risau

Harmoni memang indah
Tapi kadang tereduksi dalam subjektivitas
Subjektivitas yang mendera tubuh
Mengantarnya hingga subjektivisme
Hingga radikalisme,
Hingga anarkisme,
Akhirnya chaos,,,
Itulah fakta bolak-balik,,,

Stefanus P Elu
Kos Bambu, 9 Juni 2012

SOSOK
Sosok itu menggema
Semangatnya membahana
Nafasnya menderu
Visinya menggugah
Singgah pada hati-hati yang masih sadar moral
Pada persimpangan
Pada lekukan
Pada pembatas
Menerpa jiwa yang masih cinta pada kemanusiaan

Yah sosok, semangat, nafas, visi
Terlembagakan, tercatat, terdokumentasi
Dan tervisualisasikan
Mengundang kehadiran
Lintas zaman,
Lintas iman,
Lintas agama,
Lintas kultur,
Lintas generasi,
Lintas hati,
Melintas dan mengitari sanubari
Sosok yang dahaga rasa keadilan.

Stefanus P Elu
Kos Bambu, 9 Juni 2012

Malam Sunyi
Kubelai malam pekat, tanpa protes
Kujamah gelap gulita, tanpa penolakan
Kucium terangai sunyi, tanpa suara
Hening, senyap, tenang

Pikiran utak-atik
Tangan obrak-abrik
Nafas menderu desah
Dada naik turun
Kaki tendang menendang
Suara menjerit-jerit
Tubuh bolak-baik
Akhirnya,,, sepi,,,diam,,,
Tanpa langkah menuju keabadian

Stefanus P Elu
Kos Bambu, 10 Juni 2012

Hilang
Menjelang pagi aku bangkit
Dari tidur malam sebentar
Kudapati dia telah tiada
Dari bilah tubuh yang tergeletak

Meski telah kujaga penuh dekapan
Kucinta sepenuh hati
Kulindungi sepenuh waktu
Kuinginkan sepenuh masa

Hati tersentak kagum
Mata terbuka heran
Pikiran jernih bening

Meski harus marah
Kecewa
Takut
Kuatir
Bingung
Tinggalah dalam kecewa dan kagum

Ia telah pergi tak tahu kemana
Yang pasti dibawa langkah seribu
Yang kemarin masih sahabat

Stefanus P Elu
Kos Bambu, 10 Juni 2012

Belum Usai
Waktu itu telah pergi
Moment itu telah berlalu
Kesempatan itu telah usai
Kejadian itu telah menyelinap
Tinggalkan kecewa
Benci, marah, kesal, bingung

Apa yang salah?
Untuk apa?
Demi apa?
Mau kemana?

Semenit yang lalu masih iba
Sejam yang lalu masih bingung
Kini hanya tertegun
Antara terima dan maklum
Antara hasrat dan dendam

Terlintas di benak ingin menolak
Hati berkata tak ada guna
Alam mengisaratkan itu hukumnya

Dari kejadian ke kejadian
Menyiksa tubuh
Mendera pikiran
Melemahkan niat

Hingga ketika pikiran bangit, ide menjelma
Sedikit keinginan dan hasrat, Aku belum usai

Stefanus P Elu
Kos Bambu, 11 Juni 2012














Kamis, 07 Juni 2012

Catatan IBU


Sejak kerap berbicara lama di telepon, kutahu seorang gadis telah merebut hatimu. Kue kesukaanmu yang kubuatkan untukmu kini tak banyak kaumakan. Berat kini hatimu menemaniku pergi berbelanja, tak lagi seperti dulu saat kuajak pergi kau melompat kegirangan dan berceloteh sepanjang jalan. Ada saja alasanmu menolak ajakanku pergi. Mulai terasa sepi pula bepergian sendiri tanpamu, sayang.
Ketika kulewati toko-toko mainan itu, kuingat dulu kau selalu membuatku berhenti dan membelikanmu sebuah mainan; senapan, mobil-mobilan, kapal-kapalan. Tapi kini aku tak harus lagi berhenti di sana, karena kau bukan lagi seorang bocah yang mudah disenangkan hatinya dengan mainan-mainan itu.
Saat kecilmu, kau selalu menarik tanganku ke tempat tidurmu meminta aku membacakan buku-buku kesayanganmu; walau kuterkantuk, kubacakan untukmu.
Kini... bahkan saat kumelihatmu dari luar, kau segera
menutup kamarmu tak ingin bicara denganku. Telah ada hal-hal pribadimu yang
kini harus kuhormati.
Saat ingin kuajak kau bicara, tentang hal sekolahmu atau kegiatanmu sehari-hari, kau menjawabnya setengah hati. Namun jika teleponmu berbunyi? Wajahmu berubah riang. Dari seorang yang tampak tak punya kata-kata untuk berbicara denganku, tiba-tiba kau begitu fasihnya berbicara dengan gadis pujaanmu.
Aku tidak sedang cemburu, sayang. Aku pun pernah muda dan jatuh cinta. Aku hanya rindu masa-masa di mana kau begitu dekat denganku. Masa-masa itu, sering kau buat aku bingung dengan teriakan-teriakanmu, berlarian ke sana kemari. Masa itu aku pernah menginginkan kau segera saja jadi dewasa.

Saat ini... aku sungguh rindu bocah kecilku yang aktif  bermain, yang  setelah kelelahan dan masih berkeringat kau sandarkan kepalamu padaku dan tertidur.
Anakku sayang sudah beranjak dewasa kini. Ibu tak bisa terlalu mendekat lagi dan kau pun tak ingin terlalu mendekatku lagi. Tidak mengapa... Aku bersyukur pada TUHAN untuk hari-hari yang kulewati denganmu, kau adalah anugerah-NYA yang terindah. Ingatlah sayang, saat kesulitan, ibu ada di sini untukmu. Tak mungkin ibu kan selalu dapat mendampingimu dari dekat;  untuk itulah, setiap hari, tak putus kusebutkan namamu di dalam doaku.

Yacinta Senduk SE, SH.

Rabu, 06 Juni 2012

Pantai Parangtritis, Yogyakarta



Parangtritis adalah desa di kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
Di desa ini terdapat pantai Samudra Hindia yang terletak kurang lebih 25 kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir yang tinngi di sekitar pantai, gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak pemda Bantul dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan souvenir khas Parangtritis. Selain itu ada pemandian yang disebut parang wedang konon air di pemandian dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit kulit, air dari pemandian tersebut mengandung belerang yang berasal dari pengunungan di lokasi tersebut. Air panas dari parang wedang dialirkan ke pantai parangtritis untuk bilas setelah bermain pasir dan juga mengairi kolam kecil bermain anak-anak

Frans Seda Award 2012


Untuk pertama kalinya sejak diluncurkan pada 1 Juni 2012, Frans Seda Award memberikan penghargaan kepada dua nominator. Frans Seda Award 2012 dengan konsentrasi di bidang kemanusiaan dan pendidikan ini jatuh ke tangan seorang bidan pejalan kaki dari kampung ke kampung terpencil Papua Octavina Reba Bonay (39) dan praktisi pendidikan murah berstandar internasional Christanti Gomulia (40).
Frans Seda Award ini diberikan kepada anak bangsa yang entah tahu atau tidak tahu mempunyai satu nafas dan semangat yang sejalan dengan semangat Frans Seda yakni perhatian kepada orang-orang kecil. “Frans Seda Award ini diberikan sebagai apresiasi kepada anak bangsa yang dengan setia memperhatikan dan membantu perkembangan masyarakat kecil dan miskin,” ungkap Prof Irwanto, Ph.D.
Atas dasar pertimbangan bahwa penghargaan ini bertujuan juga sebagai motivator agar penerimanya mau berbuat lebih, maka dipilih nominator dengan maksimal berumur 40 tahun. Dengan deminkian penerimnya masih punya waktu dan kemauan untuk melanjutkan lagi apa yang sudah ia kerjakan. (Stefanus P Elu)
Acara penutupan Doa Tiga Salam Maria oleh Karyawan-karyawati Katolik Wisma Indosement di Lantai Dasar Wisma Indosement, Thamrin, Jakarta Selata. Doa rosario dilakukan dengan cara mengarak Patung Bunda Maria mengelilingi ruangan. Setiap karyawan-karyawati membawa setangkai bunga mawar sebagai penggati lilin, yang dilambaikannya saat menyanyikan lagu Ave Maria di sela setiap permenungan Peristiwa. Doa rosario ini ditutup dengan Misa yang dipimpin oleh Romo Andang L Binawan SJ.

Kebiasaan berdoa bersama ini sudah dimulai sejaka 1987. Meski awalnya mereka hanya beberapa orang, sekarang malah sudah berkembang menjadi 50 sampai 100 orang. Selain doa rosario pada bulan Mei dan Oktober, mereka juga sering mengadakan Doa Taize, Natal Bersama, Tahun Baru Bersama, Paskah Bersama, Misa Rabu Abu, Penerimaan Sakramen Tobat, dan beberapa kegiatan rohani lainnya. Tujuannya ialah ingin memfasilitasi karyawan-karyawati yang sangat sibuk dan tidak bisa mengikuti kegiatan-kegiatan rohani seperti ini di paroki atau lingkungannya.

Stefanus P Elu

Minggu, 03 Juni 2012

Kiat Memotret Wayang


Setidaknya sudah ada tiga kebudayaan asli Indonesia yang diakui sebagai warisan dunia, yaitu wayang, keris, dan batik. Klinik Fotografi Kompas akan mengulas teknik memotret ketiganya. KFK kali ini membahas mengenai pemotretan wayang ini karena saat berita ini diturunkan akan berlangsung lomba foto dengan tema wayang seperti bisa dilihat di laman http://bit.ly/qZLxzu,
Memotret wayang bisa dikategorikan dalam tiga hal, yaitu memotret pertunjukan wayang, memotret kegiatan yang melibatkan wayang, serta memotret barang yang disebut wayang tersebut untuk dokumentasi.
Di Indonesia, banyak terdapat jenis wayang, misalnya wayang kulit, wayang orang, wayang golek, wayang rumput, dan beberapa wayang, termasuk wayang sangat modern dengan komputer yang disebut wayang Tavip sesuai nama pembuatnya.
Akan halnya memotret wayang untuk sebuah lomba foto, satu yang harus dicamkan, foto Anda harus bertutur dengan kuat. Kalau foto itu melibatkan manusia di dalamnya, kegiatan manusia di dalam foto itu harus merupakan kegiatan hidup, bukan orang yang berpose.
Jika Anda akan memotret sekadar wayang saja sebagai sebuah benda mati, Anda harus bisa menghasilkan foto ”yang tidak biasa-biasa saja” dengan cara memainkan cropping, sudut pemotretan, dan permainan cahaya.
Kekuatan pencahayaan
Dalam memotret pertunjukan wayang orang, tipe pencahayaan yang ada sangat menentukan karakter foto Anda. Pertunjukan wayang orang modern umumnya sudah memikirkan soal pencahayaan ini dengan sangat baik. Bisa dikatakan, kalau Anda memotret pertunjukan wayang orang modern, kapan pun menjepretkan rana akan didapat foto yang menarik secara pencahayaan.
Namun, foto memang tidak cuma pencahayaan. Dalam memotret sebuah pertunjukan, Anda harus bisa menangkap ”adegan puncak” saat menekan rana kamera. Adegan puncak susah digambarkan dengan kata-kata, tetapi foto yang tidak merekam adegan puncak akan menampilkan adegan yang ”malas”, seakan tidak bergerak dan tentu saja tidak mencerminkan sebuah acara tari.
Beberapa contoh foto yang ada di halaman ini barangkali dapat membantu Anda dalam memotret wayang atau pertunjukan wayang.

Oleh: ARBAIN RAMBEY
Sumber: kompas.com