Sejak kerap berbicara lama di telepon, kutahu seorang gadis telah merebut
hatimu. Kue kesukaanmu yang kubuatkan untukmu kini tak banyak kaumakan. Berat
kini hatimu menemaniku pergi berbelanja, tak lagi seperti dulu saat kuajak
pergi kau melompat kegirangan dan berceloteh sepanjang jalan. Ada saja alasanmu
menolak ajakanku pergi. Mulai terasa sepi pula bepergian sendiri tanpamu,
sayang.
Ketika kulewati toko-toko mainan itu, kuingat dulu kau selalu membuatku
berhenti dan membelikanmu sebuah mainan; senapan, mobil-mobilan, kapal-kapalan.
Tapi kini aku tak harus lagi berhenti di sana, karena kau bukan lagi seorang
bocah yang mudah disenangkan hatinya dengan mainan-mainan itu.
Saat kecilmu, kau selalu menarik tanganku ke tempat tidurmu meminta aku
membacakan buku-buku kesayanganmu; walau kuterkantuk, kubacakan untukmu.
Kini... bahkan saat kumelihatmu dari luar, kau segera
menutup kamarmu tak ingin bicara denganku. Telah ada hal-hal pribadimu yang
kini harus kuhormati.
menutup kamarmu tak ingin bicara denganku. Telah ada hal-hal pribadimu yang
kini harus kuhormati.
Saat ingin kuajak kau bicara, tentang hal sekolahmu atau kegiatanmu
sehari-hari, kau menjawabnya setengah hati. Namun jika teleponmu berbunyi? Wajahmu
berubah riang. Dari seorang yang tampak tak punya kata-kata untuk berbicara
denganku, tiba-tiba kau begitu fasihnya berbicara dengan gadis pujaanmu.
Aku tidak sedang cemburu, sayang. Aku pun pernah muda dan jatuh cinta. Aku
hanya rindu masa-masa di mana kau begitu dekat denganku. Masa-masa itu, sering
kau buat aku bingung dengan teriakan-teriakanmu, berlarian ke sana kemari. Masa
itu aku pernah menginginkan kau segera saja jadi dewasa.
Saat ini... aku sungguh rindu bocah kecilku yang aktif bermain,
yang setelah kelelahan dan masih berkeringat kau sandarkan kepalamu
padaku dan tertidur.
Anakku sayang sudah beranjak dewasa kini. Ibu tak bisa terlalu mendekat
lagi dan kau pun tak ingin terlalu mendekatku lagi. Tidak mengapa... Aku
bersyukur pada TUHAN untuk hari-hari yang kulewati denganmu, kau adalah
anugerah-NYA yang terindah. Ingatlah sayang, saat kesulitan, ibu ada di sini
untukmu. Tak mungkin ibu kan selalu dapat mendampingimu dari dekat; untuk
itulah, setiap hari, tak putus kusebutkan namamu di dalam doaku.
Yacinta Senduk SE, SH.
Yacinta Senduk SE, SH.
1 komentar:
Cerita yang sangat menyentuh sekalaigus mengispirasi cinta pada orangtua....
Posting Komentar