Kamis, 07 Juni 2012

Catatan IBU


Sejak kerap berbicara lama di telepon, kutahu seorang gadis telah merebut hatimu. Kue kesukaanmu yang kubuatkan untukmu kini tak banyak kaumakan. Berat kini hatimu menemaniku pergi berbelanja, tak lagi seperti dulu saat kuajak pergi kau melompat kegirangan dan berceloteh sepanjang jalan. Ada saja alasanmu menolak ajakanku pergi. Mulai terasa sepi pula bepergian sendiri tanpamu, sayang.
Ketika kulewati toko-toko mainan itu, kuingat dulu kau selalu membuatku berhenti dan membelikanmu sebuah mainan; senapan, mobil-mobilan, kapal-kapalan. Tapi kini aku tak harus lagi berhenti di sana, karena kau bukan lagi seorang bocah yang mudah disenangkan hatinya dengan mainan-mainan itu.
Saat kecilmu, kau selalu menarik tanganku ke tempat tidurmu meminta aku membacakan buku-buku kesayanganmu; walau kuterkantuk, kubacakan untukmu.
Kini... bahkan saat kumelihatmu dari luar, kau segera
menutup kamarmu tak ingin bicara denganku. Telah ada hal-hal pribadimu yang
kini harus kuhormati.
Saat ingin kuajak kau bicara, tentang hal sekolahmu atau kegiatanmu sehari-hari, kau menjawabnya setengah hati. Namun jika teleponmu berbunyi? Wajahmu berubah riang. Dari seorang yang tampak tak punya kata-kata untuk berbicara denganku, tiba-tiba kau begitu fasihnya berbicara dengan gadis pujaanmu.
Aku tidak sedang cemburu, sayang. Aku pun pernah muda dan jatuh cinta. Aku hanya rindu masa-masa di mana kau begitu dekat denganku. Masa-masa itu, sering kau buat aku bingung dengan teriakan-teriakanmu, berlarian ke sana kemari. Masa itu aku pernah menginginkan kau segera saja jadi dewasa.

Saat ini... aku sungguh rindu bocah kecilku yang aktif  bermain, yang  setelah kelelahan dan masih berkeringat kau sandarkan kepalamu padaku dan tertidur.
Anakku sayang sudah beranjak dewasa kini. Ibu tak bisa terlalu mendekat lagi dan kau pun tak ingin terlalu mendekatku lagi. Tidak mengapa... Aku bersyukur pada TUHAN untuk hari-hari yang kulewati denganmu, kau adalah anugerah-NYA yang terindah. Ingatlah sayang, saat kesulitan, ibu ada di sini untukmu. Tak mungkin ibu kan selalu dapat mendampingimu dari dekat;  untuk itulah, setiap hari, tak putus kusebutkan namamu di dalam doaku.

Yacinta Senduk SE, SH.

1 komentar:

Steve Agusta mengatakan...

Cerita yang sangat menyentuh sekalaigus mengispirasi cinta pada orangtua....