Minggu, 20 November 2011

Alasdair MacIntyre: Kegiatan Bermakna dan Nilai Moral


“Dengan kegitan bermakna saya memakudkan sebuah bentuk yang koheren dan kompleks kegiatan manusia yang dibangun dalam kerjasama dengan yang lain. Melalui kegiatan bermakna tersebut, nilai-nilai internal kegiatan itu terealisasi dalam rangka mencapai standar-standar keutamaan yang sesuai sehingga manusia benar-benar mencapai keutaman” (Alasdair MacIntyre, After Virtue,University of Notre Dame,1984).

Kutipan ini mendeskripsikan beberapa unsur kegiatan bermana.

Pertama, kegiatan bermakna selalu terjadi dalam kerjasama kooperatif dengan yang lain. Sebuah kegiatan dikatakan bermakna ketika kegiatan itu dapat dirasakan baik atau bermakna oleh orang lain. Selama apa yang kita lakukan hanya bermakna pada diri kita sendiri, maka itu belum dapat dikatakan sebagai kegiatan bermakna. Unsur kooperatif yang hendak ditekankan di sini adalah bahwa apapun yang kita lakukan, selalu bersentuhan dengan orang lain dan selalu dalam kerangka pemikiran orang lain.
Seribu orang bisa menilai kegiatan kita secara positif. Namun, masih bisa dipastikan bahwa orang pertama setelah seribu itu belum tentu menilainya bermakna. Ia bisa saja melihat bahwa kegiatan yang kita lakukan itu masih setengah bermakna atau bahkan tidak bermakna sama sekali. Maka suatu kegiatan dikatakan bermakna bukan karena perasaan subjetif kita, melainkan persatuan perasaan obkektivitas bahwa kegiatan itu bermakna.
Dalam pandangan seperti ini nampak bahwa MacIntyre hendak meruntuhkan subjetivisme dalam kegiatan bermakna dan juga menihilkan egoisme. Dalam egoisme, apabila yang dirasakan bermakna atau disetujui oleh diri maka itu diklaim sebagai kebenaran dan langsung dilakukan. Bagi MacIntyre, egoisme bertentangan dengan makna kegiatan bermakna.
Kedua, setiap kegitan bermakna dalam dirinya mengandung nilai-nilai internal, yakni nilai-nilai yang melekat pada sebuah kegiatan dan sekaligus menentukan mutu dari kegiatan tersebut.
MacIntyre berpandangan bahwa setiap kegiatan yang kita lakukan melekat nilai-nilai kebaikan pda diri kegiatan itu. Tidak pernah kegiatan yang kita lakukan tanpa nilai. Kalau toh pada akhirnya kegitan itu tidak bermakna, berarti kita sebagai pelaku kegiatan belum bisa menjangkau nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah kegiatan.
Lagi-lagi, MacIntyre ingin membedakan nilai yang ada pada setiap kegiatan dan subjektivitas saat kita melakukan sebuah kegiatan. Dalam hal ini kita biasa mengenalnya motivasi. Motivasi yang melandasi kita untuk melakukan suatu kegiatan harus bisa terpadu dengan nilai-nilai yang ada dalam sebuah kegiatan.
Bila motivasi dan nilai dalam sebuah kegiatan dapat terpadu dengan baik maka kegiatan yang kita lakukan dapat dipastikan akan bermakna. Dalam banyak hal, kita masih jatuh pada satu di antara kedua unsur ini. Lebih lagi, yang biasa kita utamakan adalah movtivasi.
Dari penjabaran ini, kita dapat melihat bahwa sikap pertama yang kita ambil ketika hendak melakukan sebuah kegiatan adalah usaha memadukan antara motivasi dan nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah kegiatan.
Ketiga, kegiatan-kegiatan bermakna mengandung pada dirinya sendiri nilai-nilai moral, karena tanpanya kegiatan-kegiatan bermakna tidak dapat berkembang.
Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah kegiatan selalu berdimensi moral. Lalu pertanyaannya adalah apakah kegiatan negatif, misalnya membunuh, memiliki dimensi moral?
Bila diterawang dalam kacamata MacIntyre, maka kesalahan atau ketiadaan dimensi moral bukan pada kegiatan membunuh tetapi terletak pada motivasi dan nilai penemuan awal sebelum melakukan pembunuhan.
Kalimat “membunuh adalah dosa karena tidak dikehendaki Allah”, dengan sendirinya mengandung nilai moral di dalamnya. Tindakan membunuh adalah kesimpulan akhir dari motivasi dan ketidakmampuan menangkap dimensi moral frasa membunuh.
MacIntyre ingin mengatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah kegiatan selalu mengarahkan diri pada nilai-nilai moral.

Sumber: Andre Ata Ujan, dkk (ed.), 2011, Moralitas Lentera Peradaban Dunia, Yogyakarta: Kanisius

Stefanus P Elu
Kos Bambu, 20  November 2011

Tidak ada komentar: