Rabu, 10 Oktober 2012

Hari Ini



Hati Kereta Malam
Musim ini musim hangat
Yang hendak kukatakan panas di kemarau panjang
Dahaga di siang bolong
Kering di malam kelam
Tanpa embun apalagi kabut

Malam itu sunyi-sepi, diam-terlelap
Rongga malam menyusur lilitan elips
Menuju pagi
Sisakan tenang, diam, dan tersipu
Malam malu-malu digasak cahaya kota

Deru kereta melahap rel kereta
Besi berdentang sahut menyahut
Dendang nada seni tak beraturan

Kereta Listrik Rheostatik seri 115 buatan Jepang
Berhenti gemulai
Layu terkuras dimakan usia
Ratusan orang berhembus keluar
Terencana dan tiba-tiba
Di malam yang semakin malam

Seliweran orang ke kiri dan kanan
Beranjak, memanggil, menyetop, menawar
Semua serba hiruk pikuk
Entah datang, entah pergi

Dapatkah hangatnya hati sehangatnya malam
Saat mereka dapat duduk bersua
Melirik titik-titik jalan terlewati
Untuk bertanya pada malam pengubur karya
Akukah ini yang hiruk pikuk
Merengkuh rejeki sudah secukupnya?

Steve Agusta
10 Oktober 2012

Di Balik
Kutatap gadis manis ku sayang
Merona di hati senyum di wajah
Menyemarak di kalbu berdegub di jantung

Ia direbut mata-mata perkasa
Dihasrati minat-minat bertubi

Seluruh raga tercurah tertuju
Segenap jiwa terpacu tertuju
Segunung budi merangkul desah
Melumat bayang-bayang raga

Pikiran melintas tiada henti
Menukik jauh dalam, terdalam
Temukan indah di balik tubuh
Gapai panorama di belakang tampak
Petik pelangi di seberang selubung

Itulah realitas sungguh
Itulah nyata tak berubah
Realitas absolut tak terbantah
Melanglang buana dalam nyata tak berwujud

Steve Agusta
10 Oktober 2012

Tidak ada komentar: