Kamis, 19 Januari 2012

Terguyur Air agar HIDUP Semakin Hidup


Perjalanan jauh untuk merengkuh usia 66 tahun merupakan sebuah keberhasilan yang patut disyukuri. Uraian kronologi waktu yang terbilang panjang itu termaktub lika-liku pengalaman direngkuh, digeluti, dan diafirmasi. Nada syukur layak dikumandangkan atas tergapainya prestasi itu. Prestasi yang diilhami pengalaman menarik, membingungkan, dan menyakitkan. Semua terangkum dalam satu kata USIA.
            Layaknya mensyukuri ulang tahun kita setiap tahun, segenap awak HIDUP berkumpul bersama untuk menghaturkan syukur atas ulang tahun HIDUP yang ke-66. Bertempat di gereja Katedral Jakarta, awak HIDUP bergandengan tangan dan menyatukan tekad dalam tajuk “HIDUP SEMAKIN BERIMAN” untuk dilantumkan dalam Misa syukur yang dipimpin oleh Mgr Ignatius Suharyo, Kamis, 5 Januari 2012.
            Misa yang diiringi oleh kor Mia Patria ini dihadiri lebih dari 200 orang. Rupanya sahabat kenalan HIDUP pun ikut merasakan sukacita usia ini sehingga mampir untuk berbagi ucapan “Selamat Ulang Tahun”. Semua ingin menghaturkan syukur  atas karya HIDUP dalam melintangi usia ini.
            Apakah dengan demikian HIDUP sedikit demi sedikit merangsek memasuki usia senja? Rupanya tidak. “Dari hari ke hari, kami berbenah agar dapat menyajikan kepada pembaca kami,” ujar Ketua Yayasan HIDUP Katolik, Roesilah dalam sambutannya.
            HIDUP yang adalah media cetak Katolik yang lahir di era pascakemerdekaan bangsa ini, perlahan memainkan peran dalam menyajikan berita-berita Gereja-gereja Lokal dan Gereja-gereja Universal. Tak lupa tercantum untaian-untaian refleksi serta kisah-kisah inspiratif bernuansa Katolik yang ingin memanggil pembacanya di segala sudah nusantara ini agar bersatu padu dalam usaha meningkatkan imannya.
            “Saya tidak tahu berapa banyak orang yang mendapat inspirasi ketika membaca kesaksian-kesaksian hidup dari para pastor dan umat lain yang ditulis di HIDUP,” seru Monsinyur Suharyo dalam kotbahnya.  Sekiranya apa yang disajikan itu mampu menghantar kita untuk benar-benar berpikir bahwa iman yang kita miliki saat ini harus benar-benar diaktualisasikan dalam tindakan-tindakan nyata. Usaha-usaha itu bukan hanya berupa kerja fisik tetapi menggali dan bercermian pada apa yang telah digapai oleh saudara-saudara kita yang lain.
            Perjalanan mencari inspirasi ini tidak hanya terbatas pada ruang dan waktu tetapi sampai pada reflesi yan g mendalam, apa arti dan tujuan hidup manusia di dunia ini! Usia selalu merengkuh momen-momen yang sudah terlewati dan kadang terabaikan dalam bongkah-bongkah pengalaman. Semua pengalaman yang terhimpun dari segala pelosok nusantara menjelma dalam narasi hitam-putih di HIDUP.
            Universalitas nusantara itulah yang terangkum dalam lagu-lagu yang dibawakan oleh Mia Patria. Kor yang mengusung konsep inkulturasi dalam sajian tari dan lagu-lagunya itu member warna yang sangat berbeda dalam ulang tahun HIDUP kali ini. Meski hanya Misa, umat yang hadir dapat merasakan bahwa HIDUP ingin menyajikan sesuatu yang lain bagi para penggemarnya. Seolah tak pernah bosan untuk menghibur, sembari lewat tulisan-tulisannya, di ulang tahunnya ini HIDUP juga tampil berbeda dengan kemasan inkulturatif.
Syair-syair syukur dengan melodi –melodi bernada harapan bersatu padu dala lantunan sore itu, meski alam sekitar Jakarta terguyur hujan deras tiada henti.  Bila ingin berpikir positif, mungkin alam pun  ikut bermesraan dalam nada syukur ini. Daripada menyediakan panas terik yang membuat gerah dan penat, mending air yang selalu berperan memberi kehidupan. Air selalu mengadung unsure hidup. Mudah-mudahan guyuran hujan Jakarta sore ini menjadikan HIDUP semakin hidup.

Kereta Api (Gajayana) Jakarta-Malang, 05 Januari 2012
Stefanus P. ELu
                                                                                                                                                                       


Tidak ada komentar: