Rabu, 15 Juni 2011

PERKEMBANGAN DAN ALUR FILSAFAT CINA


Pengatar
Ketika kita berbicara tentang perkembangan filsafat Cina, pikiran kita tidak akan terlepasadari seorang tokoh besar yang di kalangan pemikir Barat dikenal dengan nama Konfusius. Konfusius adalah seorang tokoh besar dalam perkembangan peradaban Cina. Nama Konfusius sendiri adalah nama Latin yang diberikan oleh para pemikir Barat ketika mereka berusaha mendalami pikiran-pikiran Konfusius sendiri. Nama aslinya (dalam Bahasa Cina) adalah K’ung Tzu atau Tuan Kung. Ia lahir pada 551 SM di negara Lu, bagian selatan provinsi Shantung sekarang ini, Cina bagian timur. Nenek moyangnya adalah bangsawan penguasa negara Sung, yang merupakan keturunan dari keluarga raja-raja Shang, sebuah dinasi sebelum dinasti Chou. Berikut ini akan diuraikan secara garis besar perkembangan pemikiran filsafat Cina dalam perkembangan peradaban Cina.
Zaman Pra-Historis (7000)
Masa ini dibagi lagi menjadi dua bagian besar, yakni: Kebudayaan Yangshao (5000-3000) dan Kebudayaan Longshan (3000-2000). Dalam perkembangan peradaban Cina, masa ini dikenal dengan fase awal kelahiran peradaban Tionghoa atau masa mitlogi dan legenda. Mengapa disebut demikian? Banyak yang berpendapat bahwa pada masa ini, khususnya pada masa Kebudayaan Yangshao, hal yang paling dominan adalah mulai terbentuknya komunitas suku yang berpusat pada arwah leluhur (ancestral spirits) dan roh-roh alam (natural spirits). Pada masa ini pun ditemukan berbagai benda sacral, tempat-tempat pemujaan dan makam-makam. Sedangkan, pada Kebudayaan Longshan bisa dikatakan lebih perkembangan sedikit lebih maju dari masa sebelumnya. Pada masa ini pertumbuhan dan peyebaran terus berlanjut, kultur yang berpusat pada upacara korban pada arwah leluhur dan roh-roh alam. Komunitas suku bergabung menantikan lahirnya masa baru yaitu kelahiran kesatuan politis yang disebut Dinasti Xia. Pada masa Longshan ini tradisi berpendapat bahwa adanya figure-figur penemu unsure budaya Tionghoa. Mereka disebut sebagai Sanhuang-Wudi. Variasi nama-nama Sanhuang-Wudi sangat banyak. Di sini hanya disebutkan Fuzi, Shennong, Huangdi, Yao dan Shun. Perkembangan pemikiran Huangdi menjadi leluhur para Daois dan Yao, Shun dan Yu menjadi “leluhur” para Konfusianis terus terbawa hingga Dinasti Xiadan Dinasti Shang. Penghormatan terhadap arwah leluhur dan penyembahan roh-roh alam sebagai pembentuk kumpulan tatacara ritual (Li).
Dinasti Xia (2205-1766) dan Dinasti Shang (1765-1123)
Masa ini sangat ditandai dengan pembentukan dinasti. Masa ini hingga nanti pada masa Dinasti Zhou disebut juga dengan nama TIGA DINASTI, yaitu: Diansti Xia, Dinasti Shangda dan Dinasti Zhou.
Dinasti Zhou (1122-256)
Dinasti Zhou ini seniri dibagi menjadi dua bagian besar yakni Western Zhou dan Eastern Zhou. Pada masa Western Zhou terjadilah penggenapan unsur-unsur peradaban Tionghoa. Pada masa ini feodalisme mencapai bentuknya yang matang dalam feodalisme Zhou, di mana Li menjadi unsur pemersatu feodalisme tersebut. Pada awal masa Zhou ini ada tiga figure besar, yaitu: Raja Wu, Raja Wend an Pangeran Zhou. Ketiga tokoh ini adalah penguasa bijak yang menjadi panutan para Konfusianis. Sedangkan Eastern Zhou feodalisme Zhou mulai goyah (481) yang akhirnya membawa pada keruntuhan bukan hanya pada sistem feodalismenya saja tetapi juga berakhirnya masa Dinasti Zhou (221).
Keruntuhan ini membuka jalan bagi tumbuhnya filsafat Tionghoa dan mencapai masa keemasannya pada masa ini juga. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai sekolah yang berusaha terus mendalami pemikiran dari pemikir besar Konfusius. Pada masa ini,Kaum Ru muncul sebagai kaum terpelajar yang membaktikan diri untuk ritual dan musik.kaum Ru berakar pada “orang-orang bijak zaman dulu” yaitu para pendiri dinasti Zhou, Raja Wen, Raja Wu dan Pangeran Zhou. Pada masa Zhou ini juga lahirlah gagasan Tian yang lebih metafisis dari pada Shangdi. Li terlembagakan dalam system pemerintahan Zhou, dengan kaum Ru yang menjadi elit pengembangan Li.
Sekolah-sekolah yang muncul pada masa ini adalah:
Sekolah Yin-Yang dengan pendirinya Wuxing dengan kekhasan lima unsur. Mereka berusaha mengembangkan gagasan utama penyatuan pembenaran metafisis. Sekolah ini terkenal dengan filsafat sosial-politis Konfusianis.
Sekolah Ru dengan pendirinya Kongzi (551-479). Kongzi berusaha memberikan dasar filosofis dari Li yaitu ren. Pada masa ini pula muncul seorang tokoh sayap idealis yang mengarah ke mistik yakni Mengzi (371-289) dan seorang tokoh sayap realis yakni Xunxi (298-233).
Sekolah Mo dengan pendirinya adalah Mozi.
Sekolah Dao dengan pendirinya adalah Yang Zhu.
Dinasti Qin
Dinasti ini berkuasa sangat singkat namun sangat kejam. Pada masa ini pemerintahan bersifat sentralistis dan diadakannya pembakaran buku-buku yang dihasilkan dari sekolah-sekolah sebelumya.
Dinasti Han (206-220)
Periode dinasti ini dibagi menjadi dua bagian besar yakni former Han (206SM-8 M) dan Latter Han (25-220M). Masa ini ditandai dengan kelahiran tatanan sosio-politik yang berbeda dengan Zhou dan Qin, walau tetap mempertahankan sentralisasi Qin. Di sini pula terjadi penyatuan besar ajaran Liu Yi (penyatuan intelektual Han ini tidak berbeda dengan Qin). Masa sangat didominasi oleh ajaran Konfusianisme. Mereka berusaha menggali kembali dasar-dasar pemikiran Konfusius yang sempat hilang pada masa dinasti Qin oleh karena pemushanan buku-buku.
Figur yang terkenal pada masa ini adalah Dong Zhongzhu. Ia mengkaji Konfusianisme berdasarkan teks-teks huruf Han. Di mana buku-buku sebelumnya ditulis dengan huruf Zhou. Pada masa ini Konfusianisme bergerak kea rah tahayul, misalnya disebutkan bahwa konfusius adalah makhluk ilahi. Pada masa ini muncul pula tokoh Wang Chong yang membuka jalan bagi neo-Daoisme. Ia berusaha mengkaji kembali ajaran Ru berdasarkan teks-teks Konfusius Kuno dalam aksara Zhou, sebelum pembakaran buku pada dinasti Qin. Pada masa ini pula Buddhisme masuh ke Tiongkok. Filsafat Ru memperoleh wajah baru yakni masuknya unsur Yin-Yang dan Wuxing. Konfusianisme menjadi dasar pendidikan formal pemerintah.
Dinasti Wei-Jin (221-589)
Neo-Daoisme menjadi wajah rasionalis dari Dao Jia yang menginterpretasikan teks klasik Konfusius seturut semangan Laozi dan Chuangzi. Agama Dao: Laozi disebut sebagai pendiri agama Dao (Dao Jiao). Pengaruh Buddhis diterima: Kuil, Imam, Liturgi.
Dinasti Sui (590-617) dan Dinasti Tang (618-906)
Konfusianisme sekali lagi menjadi ajaran resmi negara. Namun Konfusianisme telah kehilangan vitaliatisitasnya. Minat zaman beralih ke bidang metafisik dan nilai-nilai super moral yaitu masalah-masalah kodrat dan nasip manusia. Dinasti Tang sendiri dsebut-sebut sebagai Golden Era bagi kebudayaan Cina.
Dinasti Five (907-956) dan Dinasti Song (960-1279)
Dinasti Five membuka cakrawala neo Konfusianisme, yaitu dimensi kosmologis dalam refleksi mereka. Hal ini akan berlanjut ke dinasti Song. Song sendiri adalah puncak perkembangan Neo-Koonfusianis di mana jalur Mengzi tetap bertahan dan bercampur dengan teori-teori Konfusianis Tang yang melebur degan berbagai ajaran lain seperti Daois. Pada masa dinasti Song menyusul reunifikasi politis setelah kejatuhan Tang dalam lingkaran konfusianisme terjadi satu upaya pengkajian ulang atas seluruh tradisi sejak masa Han menyempurnakan usaha yang sudah dimulai oleh para K onfusianis pada masa Tang: Han Yu dan Li Ao, yang diwakili oleh 5 figur utama yakni: Zhou Dunyi, Shao Yong, Zhang Zai, Cheng Hao, dan Chweng Yi. Mereka disebut sebagai 5 guru song awal.
 Zhou Dunyi (1017-1073): Kosmologi Zhou Dunyi merupakan pengembangan butir-butir ajaran Apendiks dari kitab Yi Jing dan ia memakai diagram Daois untuk ilustrasi dan ia membentuk Tai Ji Tu dan Tai Ji Shuo
 Shao Yong (1011-1077): Kosmologis lain yang mengembangkan ajarannya berdasarkan juga Apendiks dari kitab Yi-Jing. Berbeda dengan Zhao Dunyi, Shao Yang memakai 64 Hexagram Yi Jing
 Zhang Zai (1020-1077): Kosmologis lain yang juga mengembangkan ajarannya berdasarkan juga Apendiks dari kitab Yi-Jing. Namun, ia menekankan dan mengolah lebih jauh gagasan Qi.
 Cheng Hao(1032-1085): mewarisi ke-satu-an dari segala dari Chang Cai, yang dikembangkan Cheng Hao menjadi filsafatnya. Ren: rangkuman dari Yi, Li, Zhi dan Zin. Ia mengatakan bahwa tempa-tumbuhkan dengan ketulusan da kecermatan, itulah segalanya. Secara metafisis ada kesatuan dari semua yana ada. Gagasan ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Lu Jiuyuan (1139-1193) dan Wang Yangming (1473-1529). Dari sinilah akan lahir sekolah Cheng Zhu/Li Xue
 Cheng Yi (1033-1108): perbedaan antara Li dan Qi adalah perbedaan antara prinsip dan material. Kemudian Zhu Xi (1130-1200) mengembangkan gagasan Qi yang jauh lebih abstrak dari Zhang Zai. Dari sinilah akan lahir sekolah Cheng Zhu/Li Xue.
(stefanus poto elu, Kos, 30 Mei 20011)

Tidak ada komentar: